Menu Melayang

Sejarah

Sekilas Dusun Kiringan


Dusun Kiringan sudah secara turun temurun dikenal dengan desa penghasil produk jamu. Potensi sumber daya terbesar Dusun Kiringan adalah jamu tradisional.

Sudah sejak dulu warga masyarakat Dusun Kiringan mulai menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan rumah mereka. Penanaman tanaman obat tersebut awalnya hanya bertujuan untuk mempermudah perolehan bahan baku pembuatan jamu tradisional warga masyarakat Dusun Kiringan.

Namun seiring berjalannya waktu, kabar mengenai jamu tradisional Dusun Kiringan sampai ke berbagai daerah sekitar, sehingga permintaan akan jamu semakin tinggi. Berawal dengan berjualan jamu menggunakan tenggok yang digendong, menjajakan jualan jamu tradisional hanya dengan berjalan kaki. Untuk itulah lambat laun Dusun Kiringan dikenal dengan pengrajin jamu gendong. Sehingga puncaknya diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Bantul No.240 dengan nama Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan pada tahun 2016.



Sejarah Jamu Kiringan

Di zaman Belanda hendak hengkang dari Nusantara (Doorstood, Tahun 1950), ada lbu bernama Joparto. Beliau sebagai buruh membatik di Kota Yogyakarta juga sebagai abdi dalem Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Suatu saat berjumpa dengan abdi dalem Kraton Yogyakarta, singkatnya dari hasil pembicaraannya ini, abdi dalem keraton menyarankan agar perjalanan Ibu Joparto dari Kiringan ke Yogyakarta sejauh lebih kurang 18 km ini sambil menjual jamu. Sehingga ketika perjalanan yang jauh ini, Ibu Joparto bisa mendapatkan tambahan penghasilan, mengingat upah menjadi abdi dalem itu nominalnya tidak besar. Akhirnya setelah diajari oleh abdi dalem tersebut, perlahan Ibu Joparto mampu membuat jamu, dan mulai menjualnya selama perjalanan menuju keraton.

Alhasil Ibu Joparto (ibu dari Bu Pur)  menjadi peramu sekaligus penjual jamu yang nilai ekonomi nya lebih baik dibandingkan dengan menjadi buruh batik.

Karena menjualnya dengan cara digendong memakai tenggok, maka pada awalnya disebut "Jamu Gendong". Berawal dari 2 tetangganya yang ikut berjualan, kini telah terdapat sebanyak 132 pengrajin jamu gendong di Desa Kiringan. (2020)

Semula jamu tradisional Kiringan hanya tersedia model yang cair dan siap minum. Bahan-bahan ramuan itu dihaluskan menggunakan pipisan, atau gilingan sehingga menjadi halus. Kemudian diletakkan ke dalam sebuah panci. Sehingga ketika ada pelanggan mau minum, tinggal request kepada penjual agar dibuat racikan langsung sesuai pesanan.

Perkembangan teknologi di era modern juga berpengaruh terhadap Jamu Kiringan. Sudah mulai diproduksi jamu instan model serbuk. Sehingga lebih mudah dibawa, proses pendistribusian produk juga lebih mudah. Penyajian cukup di seduh dengan air hangat/ panas, jamu instan siap dikonsumsi. Usia konsumsi juga jauh lebih panjang. Jamu instan ini sudah menjadi oleh-oleh khas jika berkunjung di Desa Wisata Jamu Kiringan. (dipa)

Blog Post

Related Post

Mohon maaf, belum ada postingan.

Back to Top

Cari Artikel