Sebelum masuk ke wilayah dusun Kiringan akan disambut dengan megahnya Gapura Desa Wisata Jamu Kiringan, bangunan ini merupakan bantuan dari Bank BRI dan BUMN tahun 2021. Lalu berjlan ke timur akan menjumpai bangunan ikonik Patung Jamu Gendong Kiringan yang berdiri, menggambarkan potret seorang simbok penjual jamu dengan memakai pakaian kebaya untuk pakaian atas, serta memakai jarit di bagian bawahnya. Posisi rambut di ikat dan digelung ke belakang. Patung itu menggendong tenggok untuk membawa jamu-jamu yang sudah dimasukkan ke dalam botol. Patung ini merupakan kenang-kenangan dari Pemerintah Kelurahan Canden pada masa Bapak Mujilan, agar kedepannya Dusun Kiringan memiliki ciri khas sebagai pengrajin jamu tradisional. Dicarikan oleh tukang patung kampus UAD tahun sekitar 1992.
Gapura Desa Wisata Jamu Kiringan |
Patung Jamu Gendong Kiringan |
Dusun Kiringan sudah turun temurun dikenal dengan desa penghasil produk jamu. Potensi Sumber Daya terbesar Dusun Kiringan adalah jamu tradisional. Sudah sejak dulu warga masyarakat Dusun Kiringan mulai menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan rumah mereka. Penanaman tanaman obat tersebut awalnya hanya bertujuan untuk mempermudah perolehan bahan baku pembuatan jamu tradisional warga masyarakat Dusun Kiringan.
***
Konsep dirintisnya Dusun Kiringan menjadi desa wisata sudah sejak lama, waktu itu didampingi oleh Yayasan Mitra Pranata yang diketuai Prof. Dr. Nahiyah Jaidi, M.Pd sebelum gempa bumi sekitar tahun 2000 sampai dengan 2004. Dilanjut setelah gempa bumi beliau membantu dengan menggandeng UNDP (United Nations Development Programme) dengan memberikan segala fasilitas pelatihan dan peralatan jamu, bahkan memberikan modal usaha untuk mendirikan Koperasi Wanita Seruni Putih. Setelah peristiwa gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, saat itu Dusun Kiringan khususnya mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh CD Bethesda. Berawal dari situ hampir semua pihak para pengrajin jamu tradisional menjadi lebih serius dalam meracik ramuan jamunya. Sehingga mulai terkonsep dengan membentuk desa wisata tentang jamu ini. Karena sejak dahulu memang dusun Kiringan sudah dikenal sebagai pengrajin jamu tradisional. Pendampingan demi pendampingan baik dari Pemerintah Desa Canden dan Pemerintah Kabupaten Bantul agar desa wisata ini bisa terbentuk.
Alhasil, Dusun Kiringan di Kabupaten Bantul dinobatkan menjadi Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan pada tahun 2016 melalui SK Bupati Bantul No.240. Kemudian pada tahun 2019 Tim Pengabdian Unwidha Klaten yang diketuai Sigit Adhi Pratomo, SE. MM dan anggota Sudiyo Widodo, SPd, MH telah mendaftarkan merk kolektif 'Jamu Gendong Kiringan Bantul + Logo' ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
Kemudian mulai serius untuk mengkonsep dan mulai membranding Dusun Kiringan menjadi Desa Wisata Jamu Kiringan setelah ada pendampingan mahasiswa Beswan Djarum pada tahun 2019 bekerja sama dengan Tim Kreatif. Pada tanggal 1 Agustus 2019 mulai terbentuk Tim Kreatif Desa Wisata Jamu Kiringan yang siap membantu promosi dan mempublikasikan kegiatan Dusun Kiringan. Mulai ditata dan dimanajemen agar lebih rapi. Mengingat sebelumnya memang peran kaum muda kurang berkontribusi dalam mendampingi bapak ibu para penggiat wisata Kiringan.
Logo Desa Wisata Jamu Kiringan |
Sengaja membranding dengan nama Desa Wisata Jamu Kiringan, agar lebih mudah dalam pengucapan. Tetap mengangkat nama Jamu Kiringan dan sengaja menghilangkan kata Gendong, karena biar tidak terlalu panjang dan sekarang jamu yang dijual para pengrajin sudah tidak digendong lagi. Ini hanya strategi marketing saja agar Kiringan lebih mudah diingat saja. Sehingga terbentuklah nama brand untuk publikasi dan marketing Desa Wisata Jamu Kirngan. (dipa)